Pertemuan Fotografi Seni dan Jurnalistik

on 13 Oktober, 2008


TIGA wajah mengenaskan milik tiga anak kecil yang berekspresi muram dipajang bersama. Satu wajah, bahkan mengesankan wajah yang retak-retak, mirip sebuah patung lempung yang mengelupas. Satu sosok lainnya, berwajah belang- belonteng dan seperti tercabik-cabik.

Gambaran serupa terdapat pada karya fotografi Anas yang berjudul Three on Three. Dari karya tersebut muncul kesan, sang fotografer sengaja merusak figur anak kecil dengan teknik film negatif dobel.

Karya itu dapat dipakai sebagai representasi 53 karya lainnya yang dipamerkan di Galeri Seni Rupa UNS, mulai 25 Maret hingga 3 April 2002. Tiga puluh kelompok fotografer dari dua perguruan tinggi, Focus UNS dan Pra-Klimaks dari Jurusan Fotografi Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, berkolaborasi menggelar pameran tersebut.

Istilah fotografi seni atau art photograph barangkali cukup tepat diberikan kepada sebagian karya yang dipamerkan, khususnya yang berasal dari ISI Yogyakarta. Selain Three on Three karya Anas, beberapa contoh lain menarik dibicarakan pula.

Misalnya Ilusi I karya Harsoputro, yang mengetengahkan sosok perempuan muda berbaju you can see sedang menekur dengan muram, Stop for Violence karya Nino Sindhu yang menampilkan kolase permainan warna dengan menonjolkan warna api yang membakar, atau karya Kurnia Dhien yang berjudul Enigma dengan sosok seorang lelaki tanpa kepala bertelanjang dada dan hanya membebatkan kain di pinggangnya.

Sementara itu, sebagian besar fotografer Focus UNS lebih banyak memunculkan karya berkategori jurnalistik. Beberapa karya dapat diambil sebagai contoh, yaitu Di Tepi Pantai karya Kadaryatmo, sebuah foto hitam-putih yang mengetengahkan sosok seseorang sedang mengambil sesuatu di pinggir pantai, atau dua fotografi yang mengetengahkan lomba panjat pinang tujuh belasan.

Beberapa karya lainnya, yang memotret lanskap atau bangunan tua, juga mengesankan jurnalisme pada karya fotografi anak-anak Focus.

Pertemuan

Beragamnya karya fotografi yang sebagian besar tampil sebagai fotografi seni, sangat sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pameran bersama. Kolaborasi antara UNS dan ISI Yogyakarta juga memberikan warna tersendiri dalam karya-karya yang ditampilkan.

"Bebasnya tema yang kami munculkan memang memungkinkan tampilnya karya dengan beragam bentuk. Hanya ada kecenderungan yang berbeda dari dua kelompok yang terlibat. Focus UNS lebih mengarah pada karya fotografi jurnalistik, sementara ISI lebih sebagai fotografi seni,"tutur Albertus RPA dari Galeri Seni Rupa UNS sebagai penyelenggara, bekerja sama dengan Srawung Art dan Cemity Desain.

Maka, pameran yang digelar selama 10 hari tersebut bisa jadi adalah upaya mempertemukan fotografi yang murni bersifat seni dan fotografi yang menjurus ke arah jurnalisme. Atau, bisa jadi, hanya sebagai upaya menyandingkan dua model fotografi yang memiliki sasaran dan arah berbeda. Atau, bisa pula itu merupakan langkah pengayaan apresiasi masyarakat.(*)

Teks & Foto: Saroni Asikin
Suara Merdeka, 27 Maret 2002

0 komentar: