''Jazzy'' Perih dari Madura

on 13 Oktober, 2008


BAGAIMANA cara orang Madura menghempaskan kesah mereka? Mereka ber-elae. Tidak ada arti khusus dalam leksikon Madura untuk kata itu. Hanya sebuah interjeksi. Tapi sebagaimana lazimnya interjeksi, elae secara maknawi adalah seruan kepedihan dan kegelisahan. Ya, elae pada ranah Karapan Sapi itu menjadi semacam suluk. Ia selalu muncul dalam kejhungan, istilah kidungan gaya Bangkalan-Madura. Lalu, bagaimana suluk itu dikemas dengan pendekatan combo band dan fussion jazz?
Itu ada pada komposisi ''E-lae'' garapan Zulkarnaen Mistortoify alias Zoel yang tengah aktif mengasah warna musikalnya bersama kelompok Sono Seni Solo. Terakhir garapan lelaki muda asal Madura itu disajikan di Pendapa Ageng STSI Solo dalam ''Pergelaran Seni'' untuk memeriahkan Dies Natalis Ke-38 STSI Solo, 3 Juli 2002 malam.
Dan tersajilah sebuah suluk yang didekati dengan artikulasi instrumental combo band. Fussion jazz yang menjadi aspek penggarapan ''E-lae'' menghasilkan sebuah irama musikal yang kental dengan nuansa jazzy. Untuk memburu warna jazzy itu, Zoel menempatkan petikan bas elektrik yang ditingkah keyboard sebagai semacam ''instrumen komando''. Paduan instrumen lain berupa gesekan biola, hentakan drum, dentaman jimbe, dan cabikan cakcuk. Suluk ''E-lae'' yang disuarakan lewat vokal Zoel makin mempertegas keseluruhan komposisi.
Dalam wilayah kultural, masyarakat di pantura Jatim (mulai Pasuruan hingga Banyuwangi) disebut sebagai kaum Pendalungan. Sebutan untuk mereka yang memakai bahasa Madura yang telah mengalami banyak persentuhan dengan bahasa Jawa dialek Jawa Timur. Yang pasti, ada perbedaan bahasa Madura di Pendalungan dengan yang dipakai di Pulau Garam.

Selain ''E-lae'', Zoel menggarap sebuah komposisi yang hampir serupa: ''Tapal Kuda''. Suara musikal yang perih dari wilayah geografis yang dalam terminologi politis adalah ''daerah rawan konflik''. Tapal kuda adalah istilah yang dikenalkan Clifford Geertz. Kenyataan itulah yang dikedepankan Zoel. Dua wilayah musikal yang memiliki karakteristik berbeda dipadukan dalam sebuah komposisi.

Corak musik Madura yang kental dengan warna hadrah dan jidor dipadu kidungan banyuwangen. Dengan piawai, Zoel mengambil warna Madura untuk irama dan banyuwangen untuk melodi. Pada komposisi itu, tarikan vokalis perempuan bernama Peni mempertegas rasa perih dan sakit yang hendak dikedepankan Zoel.

Pendukung dua komposisi Zoel adalah para musikus yang tergabung dalam Sono Seni Solo yang terus aktif mencari warna-warna musikal baru. Mereka adalah I Wayan Sadra, Danis S, Gombloh, Gondrong, Rudi S, Aristofani, dan Peni.(*)

Saroni Asikin

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bravo...(trubush mim baiid)